Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Selasa, 01 September 2009

Anak Indonesia Lebih Jenius?

FRIDAY, AUGUST 21, 2009
Yohanes Surya : Menuju Indonesia Genius

Apakah anak-anak Indonesia setara kecerdasannya dengan anak-anak bangsa-bangsa
maju di dunia? Kalau anda melihat deretan prestasi Prof. Yohanes Surya dan
anak-anak asuhannya, jawabannya adalah, tidak. Samasekali tidak.
Anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding
anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju!
____________ _________

Tanpa bermaksud "spoiling the [national] fun" aku melihat pembukaan artikel
diatas punya potensi besar untuk misleading. Supaya kita tidak tidak terjebak dalam kekeliruan mengartikan data, perlu dijelaskan dulu definisi "anak-anak Indonesia" yang aku garisbawahi diatas. Ini penting untuk memastikan bahwa kita ini sedang membandingkan "apple-to-apple" dan bukan "apple-to-something else."

Kalau tidak salah membaca (cmiiw) dalam konteks kalimat diatas adalah anak-anak Indonesia yang dipilih, direkrut, dilatih khusus mengikuti lomba olimpiade fisika/sains. Tidak bisa disangkal bahwa mereka ini anak-anak cerdas, 'crème de la crème' dari populasi anak-anak Indonesia [for that congratulation is in order], tetapi apakah ini lalu bisa disimpulkan sebagai indikator umum yang disiratkan di kalimat berikutnya, bahwa "anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju!" ?

Pertama-tama, jumlah pelomba olimpiadee diatas adalah "sample" yang sangat kecil (beberapa puluh) untuk bisa mewakili populasi anak usia sekolah sebayanya yang jumlahnya puluhan juta itu [so, it is one out of a million]. Kedua, sample ini dipersiapkan (dipilih, direkrut, dilatih dengan soal-soal yang lazim dipakai di lomba tersebut) untuk bertanding, jadi bukan merupakan gambaran umum tentang pendidikan (kualitas guru, material dan fasilitas belajar) dari populasi, yang boro-boro punya perpustakaan, guru yang memadai atau bahkan atap sekolah yang
tidak kapan-saja-bisa- roboh.

Ketiga, pengertian "anak-anak bangsa-bangsa maju di dunia" juga perlu dijabarkan lebih baik lagi, sebab tidak semua bangsa didunia (maju atau kurang maju) menganggap kesertaana dalamoimpiade semacam ini penting. Di Amerika misalnya, perhatian anak-anak sekolah (begitu juga orangtua dan school district) lebih ke persiapan college. Disini, khusus untuk Amerika, alat ukurnya adalah SAT atau Scholastic Aptitude Test and Scholastic Assessment Test (yang sejak 2005 diganti jadi "SAT Reasoning Test"). SAT adalah standardized test dengan kemungkinan scores dari 600 sampai 2400 (angka tertinggi 800 masing-masing untuk math, critical reading, and writing) -- lengkapnya baca sendiri di http://en.wikipedia .org/wiki/ SAT.

[Test SAT (lembaga swasta)ini sudah dipakai sejak 1901 tetapi bukan tanpa
criticism, beberapa liberal arts colleges tidak lagi mensyaratkan nilai SAT
sebagai tolok ukur penerimaan mahasiswa baru. Begitu pula University of
California, dengan alasannya sendiri mengancam akan menghapus SAT dari
persyaratan college admission, sehngga SAT sendiri mawas diri dan melakukan
perbaikan.]

****

Kembali ke masalah "perbandingan" diatas ... tidak terlalu sulit menerima bahwa dalam setiap populasi (regardless the ethnicity) selalu ada sebagian yang berada diatas, crème de la crème, dalam soal kecerdasan --mungkin ada faktor yang mempengaruhi seperti kesehatan, nutrisi, dan di jaman modern ini akses ke informasi-- tetapi membandingkan yang diatas saja tidak cukup untuk membuat kesimpulan tentang kualitas kecerdasan populasi, atau dalam hal ini hasil sistim pendidikan secara kolektip.

Kalau mau membandingkan secara agregat, hasil pendidikan nasional, kita lihat dari perbandingan yang dilakukan secara sistimatis (dalam pengertian statistics yang sahih), yaitu peformance score bangsa/negara di PISA
(http://www.pisa. oecd.org/) dan TIMMS (http://timss. bc.edu/)

And the winners are .... lampiran dibawah adalah cuplikan yang penting saja - silahkan klik URL untuk melihat data lengkapnya. Singkatnya, untuk PISA kita ini rankingnya berada di nomor 51, 52 dan 54 dari total peserta 57. Sedangkan dalam TIMMS, score kita 397, terhadap rata-rata dunia 500 (artinya way below average).
Real smart, huh?

tabik,
\KM/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar